search

Saturday, January 9, 2010

Kuda Laut (Hippocampus)

 

Ikan Unik yang Terancam Karana Khasiat dan Kepercayaannya

                                image

kuda laut termasuk anggota keluarga ikan (Kelas Osteichthyes, Ordo Syngnathiformes, Famili Syngnathidae) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan dunia, mulai dari kawasan beriklim tropis hingga beriklim sedang. Habitat kuda laut terutama di sepanjang pesisir pantai, tepian laut, teluk-teluk yang dangkal, mendiami tempat-tempat yang banyak terdapat terumbu karang, hutan bakau, dan padang lamun. Dari sejumlah species anggota kuda laut, Hippocampus kuda adalah jenis yang memiliki distribusi paling luas, terutama di sepanjang perairan tropis Indo-Pasifik. Wilayah persebaran hewan ini ke barat hingga Selat Inggris, ke timur hingga Kepulauan Hawaii, ke utara hingga Laut Jepang, dan ke selatan hingga Pantai Australia.

Ia memiliki kehidupan sosial yang sangat baik, mereka akan saling memberikan salam satu sama lain ketika bertemu pada pagi hari dan ketika akan berpisah pada petang hari dengan cara mengubah warna tubuhnya sesaat ketika berpasangan atau dengan mengeluarkan suara-suara ‘klik-klik’ yang dihasilkan oleh rahangnya

Keunikan lain dari hewan ini adalah karena pemeliharaan telur dan anak-anaknya diserahkan kepada individu jantan.Telur-telur yang dihasilkan oleh si betina akan disalurkan ke kantung eram (brood pouch) yang dimiliki oleh individu jantan, dibuahi di dalam kantung tersebut, dan selanjutnya dipelihara hingga menetas. Selama lebih kurang sepuluh hari kuda laut jantan akan tampak seperti sedang ‘bunting’ dan selanjutnya ‘melahirkan’ sejumlah kuda laut mungil. Dari 1000 butir telur yang dihasilkan setiap kali pemijahan, jumlah anakan yang mampu lulus-hidup hanya sekitar 250-600 ekor saja. Masa pemijahan kuda laut dapat berlangsung sepanjang tahun, tergantung pada kondisi air, terutama temperatur. Dalam kondisi yang optimal, pemijahan dapat terjadi hingga empat kali dalam setahun.

Kuda laut termasuk hewan monogami, yaitu hanya memiliki satu pasangan saja seumur hidupnya. Apabila pasangannya mati,. tertangkap, atau hilang, maka pasangan yang tertinggal akan lebih memilih hidup sendiri, atau apabila memutuskan untuk memiliki pasangan baru akan menunggu setelah jangka waktu yang sangat lama. Hal ini menjadi salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan populasi kuda laut di alam, di samping faktor predasi, mortalitas yang tinggi akibat infeksi ektoparasit, dan perubahan lingkungan habitatnya. Penangkapan besar-besaran (eksploitasi) oleh manusia semakin memperburuk kondisi ini.

Traditional Chinese Medicine pengobatan dan penyembuhan penyakit dengan menggunakan kuda laut didasari oleh keseimbangan antara yin dan yang. Berdasarkan kitab pengobatan pada masa Dinasti Ming (1368-1644), kuda laut berkhasiat untuk memperkuat yang, sehingga tidak dianjurkan kepada mereka yang mengalami defisiensi ying. Beberapa penyakit yang konon dapat disembuhkan oleh kuda laut antara lain: pernyakit kulit, peradangan, gangguan pencernaan, gangguan pernafasan, gangguan jantung dan sistem peredaran darah, penyakit syaraf dan gangguan fungsi otak, gangguan hati dan ginjal, penurunan sistem imun, dan masih banyak lagi.Ia juga dikonsumsi masyarakat sebagai tonik untuk memulihkan kesehatan, menjaga stamina, dan vitalitas tubuh.

Selain dipercaya berkhasiat obat, kuda laut juga dipercaya memiliki kekuatan magis. Hal ini dibuktikan oleh beberapa kebudayaan yang masih memegang teguh kepercayaan animisme. Mereka menyimpan kuda laut sebagai jimat yang diyakini dapat menjaga kesehatan dan keselamatan, untuk meningkatkan rasa percaya diri, melindungi harta benda, dan meminta kemakmuran dan permintaan akan kuda laut hidup sebagai ikan hias pun meningkat dengan pesat.

Kepercayaan khasiat dan azimat Kuda Laut ini menyebabkn ia mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga mendorong terjadinya penangkapan yang intensif dan tidak terkawal di alam. Tercatat sekitar 24 juta ekor kuda laut ditangkap di alam setiap tahunnya. Konsumsi kuda laut di wilayah Asia menempati posisi yang tertinggi, yaitu mencapai 45 ton atau sekitar 16 juta ekor per tahun. Kondisi ini tentunya mengakibatkan menurunnya populasi kuda laut secara nyata. Apabila kondisi ini akan terus berlanjut, diperkirakan dalam waktu dekat ini kuda laut akan terancam punah. Di perairan Cina, populasi kuda laut telah berkurang hingga 30 %, di Filipina 70 %, dan di Vietnam tidak berbeda jauh. Semua penurunan tersebut akibat penangkapan yang berlebihan dan tidak memperhatikan jenis yang tertangkap, apakah yang dewasa atau yang masih anakan. Secara umum populasi kuda laut menurun 25-50 % selama kurun waktu 2-5 tahun.

IUCN (International Union for the Conservation Nature) dan WWF (World Widelife Foundation). Untuk itu, IUCN yang berpusat di Gland, Swiss, ini mengeluarkan Red Data Book yang berisi daftar fauna dan flora yang dilindungi, dikenal sebagai Red List. Daftar ini menyatakan bahwa kuda laut merupakan hewan yang dilindungi dari ancaman kepunahan, dan dimasukkan ke dalam kategori “VU” atau Vulnerable. CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) telah mendeklarasikan peraturan perihal penangkapan kuda laut sejak November 2002 dengan toleransi 18 bulan untuk memberi waktu kepada 165 negara terkait, termasuk Indonesia di dalamnya, untuk menyebarluaskan kebijakan ini. Para nelayan harus diberi pengarahan dan pendidikan tentang cara menangkap kuda laut yang baik, demikian juga kaum pedagang dan masyarakat pengguna harus diberi pengertian untuk tidak sekedar mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi semata tanpa menghiraukn kepupusan hewan ini di masa depan.

Selain penangkapan yang berlebihan tersebut, kerusakan dan musnahnya habitat kuda laut juga merupakan salah satu faktor penyebab turunnya populasi hewan ini secara global. Penggunaan jaring trawl, dinamit, dan tuba untuk menangkap ikan, pengambilan terumbu karang, perusakan hutan bakau, perusakan padang lamun, pencemaran air laut, dan aktivitas reklamasi pantai merupakan beberapa aktiviti yang secara tidak langsung mengurangkn lg populasi kuda laut di alam.

No comments:

Post a Comment